Sunday, January 23, 2011

CURHAT

Apa kabar, kawan?

Gua rasa kalian baik-baik saja. Atau minimal kabar kalian sedikit lebih baik dari gua yang sekarang sedang memendam masalah yang tak terlampiaskan, jadi bersyukurlah.

Bila ternyata kalian merasa senasib atau beda-beda tipis doang dengan apa yang sedang gua rasakan, maka mari kita sama-sama bersyukur dan tetap menampilkan senyuman, karena asal kalian tahu, masalah-masalah yang gua alami sekarang ternyata gagal untuk membuat gua kehilangan senyuman. Walaupun memang terkadang senyuman gua sedikit kecut karena dipaksakan.

Atau bila kalian merasa tidak lebih baik dibanding apa yang sedang gua rasakan sekarang, maka tetaplah bersyukur, karena kalian bukan korban banjir lahar dingin yang kehilangan rumah karena diterjang material vulkanik gunung merapi.

Kalaupun ternyata kalian adalah salah satu korban banjir lahar dingin merapi........ahh, gua rasa ga mungkin korban banjir lahar merapi ada waktu baca blog ini. Jadi level terparah cuma sampe yang merasa "tidak lebih baik" di banding gua.

Sunday, December 12, 2010

D.I.A.

Dia........

Sampai kapanpun gua ga akan pernah menyebut namanya disini.

Untuk sekedar inisial atau sebuah nama samaran pun ga bakal gua gunakan saat sedang menceritakan dia disini.

Jangankan kalian, teman terbaik gua yang sebetulnya tau cerita asli tentang dia pun, saat membaca ini akan tetap menebak-nebak siapa dia yang gua maksud disini.

Biarlah dia tetap gua sebut dengan sebutan "Dia", bukan "Mawar", bukan "Melati", bukan pula "Bunga", karena nama-nama itu terlalu pasaran untuk digunakan sebagai nama samaran korban pemerkosaan, dan ini bukan cerita tentang pemerkosaan.

Friday, November 5, 2010

Bali Day Three

"Pada suatu hari, aku bersama seluruh keluargaku berlibur kerumah Nenek......"

Itu adalah kalimat awal yang selalu gua gunakan saat dapat tugas mengarang sewaktu SD. Biasanya, sehabis liburan panjang kenaikan kelas, Bu Omah, Bu Cucum, Bu Ike dan Pak Oemar, yang pernah jadi wali kelas gua waktu SD, selalu memberikan tugas mengarang saat pelajaran Bahasa Indonesia.

Selalu saja gua awali dengan kalimat itu, lalu setelah itu selalu saja berhenti menulis umtuk merenung beberapa menit agar mendapat inspirasi. Kemudian hanya kalimat-kalimat standar tak menarik yang mengikuti kalimat awal tersebut, tapi gua selalu berucap "alhamdulillah" bila karangan gua bisa memembus lima paragraf, sesuai yang disyaratkan oleh Bapak / Ibu Guru.

Friday, October 22, 2010

Bali Day Two -Part 4-

Okay, sekarang mari kita lanjutkan perjalanannya, kawan. Tujuan kita selanjutnya : Pantai Dreamland. Oh iya, kawan, rencana mampir ke lokasi bagian tangan Dewa Wisnu yang sempat gua ungkapkan ke Pak Wayan ga kesampean, soalnya akses masuk ke area situ udah di rantai, dan kalo tetep pengen kesitu harus jalan kaki. Dengan jarak antara jalan raya dan lokasi itu yang gua taksir sekitar hampir 1 KM rasanya lebih bijak kalo gua batalkan rencana itu. Lagian besarnya tangan Dewa Wisnu itu cuma segede cucunya gaban, jadi gua ga terlalu penasaran.

Buat rumpiwan dan rumpiwati yang demennya nonton acara gosip di TV, pasti pernah dengar kabar tentang Catherine Wilson dan Andy Soraya yang berantem di acara peresmian sebuah warung kopi milik Oom Tommy Soeharto di Bali. Jangan salah sangka dulu ya, gua tau gosipnya dari si Dinda. Gua sih ga sempet nonton begituan, minimal berita politik lah yang gua tonton. Hmm, okelah sama acara kuis tengah malem di TPI deh, abis presenternya "gede-gede", tapi itu juga cuma buat ngisi waktu kosong saat jeda istirahat nonton bola kok.

Nah, TKP berantemnya kedua artis berkategori semlohai itu ada di Dreamland ini, kawan, dan sekarang gua berkesempatan buat ngeliat warung kopi itu dari jauh. Kenapa dari jauh? Simple aja jawabannya, MAHAL.

Bali Day Two -Part 3-

Terdengar perbincangan dalam bahasa Bali antara Pak Wayan dan Pak Ketut yang duduk di jok depan. Entah apa yang mereka perbincangkan, yang terdengar jelas oleh telinga Sunda gua hanya kata 'Udayana' saja. Gua biarin aja mereka berdua asik dengan obrolannya, toh percuma juga kalo disimak, secara bahasa mereka bikin gua kena 'roaming'.

Sementara gua lagi asik buang suntuk dengan cara ngotak-ngatik pda secara ga jelas, dan si Dinda juga keliatannya lagi asik smsan sama pacarnya yang berwajah sangar mirip preman terminal, tiba-tiba Pak Wayan berkata, "GWK itu tterlettak di atas bukitt, jalan yang kitta ttempuh pun berbukitt-bukitt dan kebettulan kitta ambil jalur melewatti Universitas Udayana, atau biasa kitta sebutt Unud. Kalo di Bandung ada Unpad, di Jakarta ada UI, maka di bali ada Unud."

Ternyata kata 'Udayana' yang gua dengar tadi maksudnya adalah sebuah Universitas Negeri di Bali yang akan dilewati terlebih dahulu sebelum akhirnya sampai di GWK. Mendengar bahwa kita akan melewati sebuah Universitas, maka segala aktifitas di mobil itu langsung gua hentikan, dan satu hal penting langsung bergelantungan di pikiran gua : MAHASISWI.

Thursday, October 21, 2010

Bali Day Two -Part 2-

Bali adalah salah satu target gua dalah hal traveling, alhamdulillah udah kesampaian. Tapi sebenarnya gua masih menyimpan satu target termuluk dalam hal itu, yaitu : Milan. Gua pengen banget kesana, bukan karena Milan adalah sebuah kota yang indah, bukan juga karena Milan adalah salah satu pusat mode di dunia, tapi karena disana ada AC Milan, klub sepak bola favourite gua.

Beberapa kali kota Milan hinggap di mimpi gua. Rasanya ga kurang dari tiga kali, bahkan mungkin lebih. Di mimpi itu selalu diisi dengan kegiatan masuk stadion San Siro buat nonton AC Milan berlaga, tapi sialnya mimpi itu selalu berakhir saat peluit tanda kick off dibunyikan wasit. Ini benar-benar terjadi di mimpi gua, dan selalu saja ada sesuatu yang membangunkan gua dari mimpi itu, entah itu kebelet pipis atau ada orang sirik yang ngebangunin.

Untuk saat ini memang tidak mungkin pergi ke Milan. Gimana juga bisa kesana, selain ga punya duit, gua juga ga punya paspor. Jangankan paspor, KTP aja nembak dan kena tipu calo, karena gua dikasih KTP palsu. NIP (Nomor Induk Pegawai) pejabat Dinas Kependudukan yang membubuhkan tanda tangan di KTP gua beda dengan NIP di KTP asli yang di urus secara resmi, padahal nama pejabatnya sama, dan buat bikin KTP itu gua sudah bayar di muka Rp 250.000,- sama calo kampret yang sampai sekarang ga keliatan lagi batang hidungnya. Ini pengalaman bodoh, jangan ditiru, kawan. Memang lebih baik dalam mengurus kepentingan apapun dilakukan sendiri dan ga pake calo. Tapi kalo calonya udah kenal baik okelah, dan kalo punya kenalan calo profesional boleh lah kasih tau gua, biar gua bisa ngurus KTP yang beneran.

Bali Day Two -Part 1-

Rencana buat nongkrongin fenomena sunrise di pantai Sanur gagal total, karena ternyata empat buah bola mata yang ada dikamar nomor 02 di hotel bintang tiga yang lokasinya tidak sesuai bayangan gua itu, baru terbuka setelah ayam jago kehabisan nafas dan tidak lagi berkokok.

Gua kesiangan, si Dinda juga kesiangan. Disamping karena kecapean sehabis tour kongkalikong kemarin, hal itu juga terjadi karena mata dan badan kita terlalu dibuai kesejukan dari sebuah benda bernama Air Conditioner. Benda yang tidak ada di rumah si papah karena Bandung (read : Cimahi) sudah dingin, dan juga tidak ada di rumah kontrakan gua di Batam karena gua rasa kipas angin dengan jarak satu langkah dari badan sudah bikin gua sedikit adem, lagian benda itu sangat aktif merusak lapisan ozon. Tapi kalo ada yang mau ngasih benda itu pasti gua terima dengan tangan terbuka. Apalagi kalo tagihan rekening listrik yang melonjak karena adanya benda itu ikut dibayarin juga, maka semakin terbukalah tangan gua. Jika ada orang sebaik itu, bakal gua jadiin orang tua angkat.

Thursday, September 23, 2010

Tunggu waktu aja......

Celana jeans sontog aga belel, kaos polo "AC Milan", sendal jepit kulit warna cokelat, ransel hitam ukuran standar anak sekolah yang mengembung karena dipaksakan untuk menampung seluruh perlengkapan, dan sebuah tas jinjing berisi laptop beserta aksesorisnya. Itu adalah setelan mudik yang gua kenakan. Simple, ga ribet, semuanya bisa dibawa ke kabin, ga perlu masuk bagasi.

Sampai saat ini, yang ada dibayangan gua kalo mudik ya begitu aja, ga perlu bawa kardus berisi macam-macam, ga perlu bawa tas atau koper segede gaban, cukup bawa barang seperlunya dan gunakan seoptimal mungkin.

Tapi katanya, yang namanya hidup itu berputar. Itu pasti. Dan pasti juga suatu saat gua bakal ngalamin mudik secara ribet. Mungkin nanti, saat gua sudah mudik bersama anak dari istri-istri gua. Upssss, maaf kebalik :D

Monday, September 20, 2010

Bali Day One -Part 2-

Sampai di hotel, dua gelas welcome drink langsung disuguhkan oleh pelayan tanpa sempat gua duduk terlebih dahulu untuk mengurus keperluan check in. Tapi gua ketipu, kawan. Minuman berwarna orange itu awalnya gua pikir adalah orange juice, tapi setelah gua minum ternyata jus mangga. Untuk menjaga gengsi, terpaksa ga gua muntahkan lagi minuman itu. Tanpa dirasa (walaupun kerasa) langsung gua telan minuman itu dan dengan cepat gua minum air mineral untuk menetralisir rasa aneh di mulut gua.

For information : Gua adalah orang yang ga suka buah-buahan kecuali jeruk, dan ga suka sayur-sayuran kecuali kangkung dan wortel serta kol yang sudah diolah menjadi bakwan. Kalo ga jadi bakwan walaupun bahannya wortel dan kol tetap ga suka. Kalo dibikin bakwan tapi isinya toge dan dan wortel tetap gua ga suka. Komposisinya harus tetap, wortel + kol dan ditaburi daun bawang lalu diolah menjadi bakwan. Jika komposisi bakwannya adalah wortel + kol dan ditaburi daun seledri maka tetap gua ga suka. Komposisinya sudah paten seperti itu, berubah sedikit saja gua ga suka. Ribet kan? Ah, ngga juga. Itu sih perasaan kalian saja.